Tuesday, February 19, 2013

Bermain Peran

Kita bermain peran. Kita mengambil risiko untuk membuat semua orang percaya dengan apa yang kita bangun diam-diam. Kita menerima segala macam risiko yang pasti akan bermacam.

Kita bermain peran. Semuanya hanya sandiwara yang kita nyatakan. Hanya sekadar penghidupan untuk apa yang akan kita lakukan.

Kita bermain peran. Tidak melibatkan setitikpun perasaan. Bahkan awalnya, hanya sekadar canda dan makian yang kita lontarkan bersamaan.

Kita bermain peran. Kita sedang memijak panggung sandiwara. Biarkan semua makhluk terpana dengan adegan yang kita hadirkan tanpa suara.

Kita bermain peran. Aku si gadis, dan kau pria. Tidak pernah ada niatan untuk saling memasukkan perasaan kedalam toplesku atau toplesmu yang sudah lama tersedia.

Kita bermain peran. Membuat cerita dongeng untuk dibaca setiap insan sebelum tidurnya. Agar dalam mimpi, mereka percaya bahwa masih ada kisah indah sebenarnya.

Kita bermain peran. Ini hanya peran. Kita bangun tidak atas dasar kesungguhan. Hanya niatan untuk membangunkan cerita mati menjadi hidup untuk didengar. Agar nantinya, apa yang sebenarnya kita jalani dalam diam, bisa tersiar.

Fana


   Perasaan. Hal yang dimiliki semua makhluk-Nya. Hal yang memang diadakan untuk membuat kita berfikir, belajar, melihat, memahami. Dan kadang, menyesali.

   Perasaan. Bisa datang tiba-tiba. Tidak pernah diundang. Hanya sesekali datang karena sesuatu yang bahkah tidak pernah terfikirkan sebelumnya. Seketika merasuk dan membuat beberapa ciptaan kembali merasakan sesuatu yang fana. Perasaan.

   Apa yang bisa kau lakukan ketika perasaan itu tiba-tiba datang dan menghancurkan semuanya? Melunturkan ego yang selama ini melekat dalam batin. Menghapus kekuatan yang selama ini sekokoh karang. Dan perasaan, membangun ketakutan dalam setiap kelemahan. Sekecil apapun.

   Perasaan. Sekali lagi kita dihadapkan pada satu fakta yang kadang ditolak oleh akal dan logika. Dihadapkan pada kenyataan yang sebenarnya dibangun dari fana. Karena hati itu tidak ada. Yang ada cuma gumpalan darah yang kau sebut liver.

   Apa yang bisa kau banggakan dari hati yang sesungguhnya tidak ada? Cinta yang didasarkan oleh hati? Hati itu tidak ada. Rasa sayang yang timbul karena hati? Hati itu tidak ada.

   Bagaimana jika suatu hari kau hancur karena perasaan? Karena kekuatan fana yang sebenarnya tidak pernah ada. Bagaimana jika suatu hari, hatimu hancur? Apa yang hancur? Hati itu tidak ada. Yang ada hanya ke-egoan diri untuk memiliki salah satu ciptaan-Nya. Yang ada hanya kemauan. Rasa kepemilikan. Ego. Egois.

   Jika sampai pada akhirnya kau harus hancur karena rasa yang tidak pernah ada. Karena perasaan. Karena hati yang selama ini dipupuk oleh kehadiran. Tuhan menghadirkan sedikit akal dan logika. Tuhan menciptakan ingatan dan lupa. Lupakan.

   Hal yang kau anggap menyakitkan, ada untuk dilupakan dan diubah format menjadi pelajaran. Karena Tuhan adil dengan menciptakan akal, logika, ingatan dan lupa, juga hati yang selama ini sebenarnya fana.

Friday, February 15, 2013

Hilang


   Terhenti. Iya, membeku. Membangun stagnant yang sebenarnya tidak perlu. Hanya menghentikan langkah untuk sekadar menyapa masa lalu. Memasukkan sedikit kata basi kedalam obrolan baru. Antara aku dan kamu.

   Kau ingat saat dulu? Saat aku mengecup keningmu untuk menutup malam yang mulai menghiba untuk ditinggalkan. Saat aku tertawa dengan lelucon tidak lucu, yang justru membuatku tertawa karena menyenangkan. Saat kau akhirnya bersandar di tubuh lemah seorang gadis yang kau tidak pernah tau kenapa harus kau temukan.

   Ini masa lalu yang kutumpuk menjadi museum. Masa lalu yang sedikit demi sedikit terukir dalam kata memuakkan yang kurangkum. Penuh puisi dan bualan tentang cinta. Penuh kenangan antara kau dan aku, kita.

   Rasanya masih seperti kemarin. Hanya saja tawamu terbawa angin. Menghilang entah kemana, tidak meminta untuk ditemukan. Apalagi jika kupaksa untuk kutemukan.

   Katanya masih menggema. Katamu masih terdengar. Berima, berputar. Suaramu bahkan tidak pernah asing ditelinga seorangku. Seorang yang masih mencintaimu dari dulu.

   Bosannya kamu mendengar kata dulu, sama denganku yang berusaha lari dari masa lalu. Kau lelah denganku yang selalu mencoba untuk mengikuti jejakmu? Akupun lelah, menatap tapak kepergianmu yang mulai semu.

   Kenapa harus ada pertemuan jika akhirnya harus dipisahkan, sayang? Bukankah lebih baik untuk tidak saling menemukan daripada harus saling kehilangan? Masalahnya bukan hanya sosok yang hilang, tapi juga rasa percaya dan keyakinan. Akan lebih menyeramkan jika rasa cinta ikut hilang bersama hati yang tidak pulang.

Wednesday, February 13, 2013

Bahagiaku


Bahagiaku juga sederhana,
Seperti saat aku mengenalmu di linimasa

Sangat sederhana,
Ketika aku mulai menaruh sedikit perhatian pada orang yang tidak kukenal

Terlalu sederhana,
Saat akhirnya perhatian itu mulai menjadi cinta

Bahagiaku sangat mudah,
Menemukan status online mu di skype itu bahagia

Sangat manis,
Tulisan serupa ‘jangan lupa makan’ bahkan buatku lupa sekitar

Sangat menyenangkan,
Tertawa bersama orang yang dicintai

Bahagiaku,
Terlalu sulit untuk diungkapkan
Tidak dapat digambarkan
Hanya bisa dilukiskan dengan senyum, darimu

Monday, February 11, 2013

Waktu


Kau tau, waktu
Membawamu ketempat yang tidak akan kau tau
Tidak mengejar sesuatu,
Hanya berpindah ke dunia yang tak tentu

Tidak ada stagnant
Karena waktu tidak pernah mau berhenti
Melangkah terus meski tanpa pasti

Terus berjalan tanpa arah,
Abaikan tubuh yang hampir menyerah
Seperti detak yang datang disaat terakhir,
Ibarat kehidupan yang ada setelah nyawa berakhir

Lalu waktu,
Membuka mataku
Membawa pergi semua ‘jika’,
Mendatangkan percaya dengan seketika

Waktu menumbuhkan cinta yang dulu ditanam ragu
Waktu jelaskan harap yang sempat ambigu
Waktu mengusir khayal yang selalu mengganggu

Dan kau tau yang lebih penting dari itu?
Waktu buatku menemukanmu


Saturday, February 9, 2013

Jakarta


Pagi, cinta.

   Jakarta. Beberapa hari ini kembali hujan. Air yang hampir mengering, mulai menggenang lagi dimana-mana. Sama, menyusahkan para pengendara yang berbalap dengan waktu di jalan raya. Kadang lucu, ibukota kita diterjang beribu liter air dari antah berantah. Kadang muak, kota ini sesak.

   Iya, aku merindukan kota lama. Rindu pemandangannya. Bahkan debu, jalanan berlubang, kemacetan di titik yang selalu sama dan genangan air yang selalu meninggi di pusat kota saat hujan menyerang dengan deras pun kurindukan.

   Aku ingat mengelap wajahku yang berpasir karena debu jalanan. Aku ingat berjalan dari sekolah sampai rumah karena air yang menutupi aspal hingga pinggulku. Aku ingat lampion warna warni yang dipajang disebuah cafe langganan. Aku ingat. Dan aku rindu.

   Sayang, sebenarnya Jakarta tidak jauh beda dengan kota lama. Hanya saja, ketidakhadiran kalian disini membuat segalanya berbeda. Kota ini ramai dan padat, tapi hampa. Tanpamu, semakin hampa.

Tapi aku yakin, sebentar lagi aku akan pulang. Dan kurasa, hanya butuh tiga atau empat jam dinding untuk menghitung waktu kepulanganku. :)

Thursday, February 7, 2013

Kakanda


   Kanda, negeri langit sedang mendung. Mungkin karena tidak ada kehadiran kakanda, yang seperti dinda bilang kemarin, kanda adalah matahari dikala mendung. Mungkin dewa dan dewi sedang kompak untuk menghitamkan awannya agar serupa dengan perasaan dinda yang berkabung tanpa ada kanda disini.

   Iya, dinda ngerti kalau nanti kanda kesini naik kuda tetangga. Dinda ngerti kalau kanda gak sanggup beli bensin untuk kuda. Tapi dinda harap, kanda sanggup terima dan bahagiain dinda bagaimanapun kondisinya.

   Dan meskipun kanda bukan Sungokong, dinda akan tetap menerima kanda apa adanya. Karena cinta itu hadir bukan karena sebuah sosok yang menawan, tapi dari hatinya. Lagipula, dinda takut sama monyet.

   Tunggu ya, rasanya sebentar lagi dinda bisa memijakkan kaki di bumi kanda. Hanya menunggu waktu yang tepat untuk merpati raksasa milik dinda datang dan menjemput.

I miss u too, kanda :))

Tuesday, February 5, 2013

Lupa?


   Sayang, mau pakai bahasa jepang, jerman, inggris atau bahasa kalbu pun, gak apa. Meskipun aku gak ngerti, aku bakal coba untuk selalu ngerti. Iya, aku akan sok tau dan sok paham dengan apa yang kamu bicarakan. Disatu sisi, karena aku capek translatenya.

   Dan urusan melupakan aku, memangnya kamu pernah melupakan aku? Aku gak pernah ngerasa begitu. Aku rasa, kamu selalu ada, kok. Meskipun kadang jadwal hadir kita selalu bertabrakan karena aku bangun, kamu sibuk atau tidur, dan begitu kamu bangun atau gak sibuk, aku tidur.

   Theo, kamu tau gak, kalau kamu itu ibarat matahari dikala mendung? Maksud aku, kamu selalu ada disaat yang tepat. Disaat aku butuh seseorang untuk bersanding dan berbagi cerita. Intinya, kamu itu penengah dari semua rasa yang aku rasakan belakangan ini.

   Iya, sayang. Aku jaga makan aku. Kamu juga jangan suka telat makan ya. Kalau makan aja suka telat, gimana waktu ngapelin aku nanti? Aku gak suka yang telat-telat. Makanya sampai sekarang, kadang aku masih nyesal karena telat kenal sama kamu.

Tapi setelat apapun itu, akhirnya aku ketemu kamu dan aku tetap bersyukur. Aku sayang kamu, Theo.

Sunday, February 3, 2013

Percaya


   Sayang, aku juga minta maaf ya. Minta maaf karena belakangan aku buat kamu khawatir dan cemburu. Mungkin jarak juga membuat beberapa hal menjadi rumit. Karena kita jauh, karena kita sulit bertatap muka. Karena kita tidak bisa berjalan bersama, bahkan untuk bergandengan tangan sekalipun.

   Aku tau, belakangan kita jarang komunikasi. Tapi kamu percaya gak, kalau hal semacam itu gak pernah buat aku untuk nyerah cinta sama kamu? Aku masih mau nunggu kok, sayang. Karena aku yakin, gak lama lagi aku bisa pulang dan kita bisa ketemu.

   Kita tetap harus saling percaya ya. Tanpa ada yang harus dikhawatirkan. Tanpa ada yang harus ditakutkan. Karena aku masih disini. Dan selama kita percaya, kita pasti bisa ketemu di dunia nyata. Kapanpun itu.

I love you!

Friday, February 1, 2013

Disini


   Sayang, pertanyaan yang sama juga selalu berputar di kepalaku. Tapi aku selalu mencoba untuk tidak perduli. Selalu coba untuk acuh dan tetap menjalani apa yang sudah kujalani.

   Aku juga takut. Bagaimana jika ternyata kehadiranmu hanya fana? Bagaimana jika ternyata kamu tidak benar-benar ada? Bagaimana jika ternyata selama ini hubungan yang kita pikir cinta, hanya bualan untuk menutupi perasaan satu sama lain yang memang kesepian?

   Tapi setidaknya aku selalu yakin bahwa kita akan baik-baik saja. Kita akan lewati ini semua, sampai akhirnya kita bisa bertatap muka. Kita tidak akan memperdulikan semua imaginasi buruk yang kadang ada dari pagi, hingga pagi lagi. Kita coba, sayang. Kita coba untuk tidak perduli.

   Jangan percaya dengan bayangan buruk ya, sayang. Itu semua bisa merusak apa yang kita awali dengan indah. Bisa merusak apa yang belakangan kita sebut kepercayaan untuk mencintai dengan jarak.

Karena aku masih disini. Aku berhenti disini untuk memperhatikan jalan yang kita buat dengan terbata-bata. Disini untuk diam. Diam sembari menunggu waktu yang tepat untuk melangkah sedikit demi sedikit. Agar aku, kita, bisa bertemu pada akhirnya.