Desember 2012
Ucapannya jelas terdengar. Tidak samar. Aku yakin aku
tidak salah mendengar.
“Will you marry me?” Kau mengatakannya dengan
serius. Aku tidak tau, tapi kau terus menatapku dan itu membius.
Haruskah kukatakan tidak? Haruskah kujawab nanti saja? Aku
takut kau seperti bom waktu yang bisa meledak. Kau bisa meninggalkanku kapan
saja.
“I’m serious with you” Sekali lagi kau
memastikan bahwa kau bersungguh-sungguh. Tapi pernahkah kau tau jika wanita
yang ingin kau nikahi ini terlalu rapuh?
“Will you take me and all my disease? Will you love me
even when I can’t walk, can’t talk, or even have babies?”
“You don’t need to walk, I’ll walk for you.
You don’t need to talk, I’ll try to understand. And we could have baby cats”
“Thank you. I love you.”
January 2013
Tiga ketukan di pintu. Membangunkanku. Sesaat kau membuka
pintu, sosok itu meneriakimu. Ia ingin berbicara denganku. Apa yang kau lakukan
dibelakangku?
“Hanya teman yang menyukaiku” Kemudian kau
berlalu, meninggalkanku yang termangu. Kau menghampirinya dan membiarkanku sendiri
dengan rasa ingin tau.
Kudengar ia marah. Kau coba menenangkannya dengan susah payah.
Ada apa? Kenapa?
Pintu terbuka. Kulihat cahaya menyamarkan
wajahmu yang kebingungan. Kesekian kalinya aku bertanya, ada apa? Apa yang kau
sembunyikan dariku belakangan?
Akhirnya aku bertemu dengan sosok yang tadi sibuk memaki.
Bertanya dimana letak masalah yang terjadi. Sekilas kulihat wajahmu berpikir
keras, memikirkan apa yang harus kau katakan nanti.
Wanita itu menjelaskan dengan seksama.
Sepersekian detik aku tidak percaya, tapi itu nyatanya. Ada orang lain didalam
hubungan yang seharusnya hanya dua.
Baiklah, kurasa aku lelah. Aku memilih untuk mundur dan
membiarkan kalian melanjutkan perbincangan. Aku tidak tau apa yang dibicarakan.
Kuharap bukan keburukan.
Saat akhirnya kau kembali dan hanya diam. Terpampang
kebingungan dari wajahmu yang dulu selalu ingin kulihat terakhir sebelum aku
menutup mata, dan yang pertama kulihat saat aku membuka mata.
Kita sampai disini.
Kemana sosokmu yang dulu bisa kupercaya?
Lenyap begitu saja?
Saat akhirnya kau membaca ini, percayalah
bahawa aku masih menyayangimu.
Masih sama seperti dulu, aku tidak akan
menggubris ucapan orang lain tentangmu.
Hanya saja, akan sulit untuk kembali
mencintai sosok yang pernah menyakiti.
Datanglah lagi saat kau benar-benar ingin
bersamaku.
Aku tidak keberatan untuk menunggu.