Tuesday, May 28, 2013

Dedicated


Theo Nugraha.

Fana, tidak nyata. Begitu kesan pertama waktu aku bertemu dia di linimasa. Kotak sosial yang memuat banyak orang asing itu mempertemukanku dengannya. Satu banding satu juta.
Tidak ada yang spesial saat awal pertemuan. Hanya tulisan yang menarik dan mengundang tawa menjadikannya berbeda di deretan manusia lainnya.

Perlahan tapi pasti, semakin dekat dengannya karena hal yang menuntut kami untuk saling mengetahui satu sama lain.

Akhirnya tahu, ia menyenangkan. Kau pikir ia orang yang terbuka, padahal pendiam.

Semakin dekat, kau akan tahu bahwa ia perduli. Bahkan meskipun ia tidak menunjukkannya.

Semakin dekat lagi, kau akan tahu baik buruknya. Candaan basi yang menjadi ciri khas, seperti melekat dengan sosok yang ia bawa. Kau tidak akan menemukan dirimu sendiri diam saat bersamanya. Setidaknya kau akan tersenyum, atau menguatkan ego untuk tidak tertawa dengan bahasannya.

Saat semuanya terasa semakin dekat, kau akan lebih tahu lagi. Buruknya hanya sekadar lalu. Tidak mungkin kau bisa membencinya untuk waktu yang sangat lama.

- - -

Lebih dari sekadar tiga puluh hari perkenalan yang kini membuatku tahu kurang lebih tentangnya. Pernah ada yang berbeda dalam sebulan cerita antara aku, dan dia.

Hubungan yang berlalu cepat melalui kotak sosial dan aplikasi pesan singkat itu sedikit demi sedikit merubah sudut pandang tempatku melihat. Obrolan pendek tentang hidup, kadang buatku rindu memijak rumah yang lama kutinggalkan. Tempat yang dulu kubanggakan, meski saat aku jauh sekalipun. Tempat dimana ia menulis cerita bertemakan dirinya sendiri.

- - -

Theo. Begitu sebut yang melekat pada dirinya.

Seorang stand-up comedian, mantan anak band yang kini membuat album karyanya sendiri, manusia bodoh penjual donat bakar, mahasiswa rentan DO, penulis tanggung yang setengah-setengah dalam membuat bukunya, teman, sahabat, orang idiot, atau apapun kau menyebutnya.

Tapi setelah semua sebutan tadi, bagiku ia hanya orang bodoh yang mampu mengubah sudut pandang dan rutinitas yang sekarang kujalani.

Atas apapun itu yang pernah terjadi, setelah ratusan kata yang mampu kurangkai disini, ada dua kata yang harusnya kusampaikan langsung dengannya, tapi terus kutahan karena gengsi.

“Terima kasih”




Dedicated to @theonugraha for #30HariMenulisSuratPutus and #iHelp
Book scripts 2013 :Status Undone 45%: