Tuesday, April 28, 2015

Diam

Ia diam. Sebuah cincin perak dengan dua mata berlian buatnya bungkam.

Rasa cinta, tak harus diikat dengan janji suci yang akhirnya akan dia ingkari. Ia tidak ingin menyimpan dendam saat satu hari mengetahui bahwa ternyata dia sudah pergi ke sana ke mari.

“Jika pada satu hari akhirnya aku harus tunduk pada satu orang, maka itu adalah saatnya aku mengetahui bahwa ia tidak akan pergi dan mengingkari janji yang sebelumnya ia buat. Ia akan memenuhi semua kewajibannya, tanpa diam-diam membuatku percaya pada nubuat.”

Ia siap, jika harus memberikan dirinya hanya untuk satu orang. Ia siap, jika pada akhirnya harus menumpahkan keringat untuk membangun sebuah kehidupan dengan satu orang.

Tapi ia tidak siap, jika akhirnya harus diam menahan rasa sakit tanpa luka. Ia tidak siap, jika akhirnya harus menumpahkan air mata tanpa ada darah yang tumpah.

“Harusnya kau berkaca pada masa lalumu. Apakah kau sudah siap meninggalkan semua sifat yang biasa kau lakukan sebelumnya? Siapkah kau melupakan kebiasaanmu, yang biasa melupakan pasanganmu demi kesenanganmu sendiri?”

“Jangan bohong lagi.”