Wednesday, September 4, 2013

Hujan

Aku mencium hujan. Kali ini ia turun perlahan, ketakutan.

Ada banyak keraguan dari setiap tetes yang jatuh menyentuh bumi. Mungkin masing-masing dari mereka bertanya, ‘haruskah aku ikut jatuh dan melebur, atau hanya diam memandang dari sini.’

Dan setiap bintik endapan uap yang merintik sebagai hujan, mengandung memori. Memori yang tidak akan menguap, memori yang tidak akan bisa kau lihat dengan mata telanjang, pula mikroskop tercanggih kini.

Karena hujan yang meragu untuk jatuh, sempurnanya dikemas sebagai mesin waktu.

Serta kenangan yang terkandung di dalamnya, hanya dapat kau putar melalui lensa mata yang memandang menerawang hujan. Menerawang setiap titik yang jatuh. Menerawang mendung.

Hujan mencium kerinduan. Kali ini rindunya tak sampai, terintang kejauhan.


Jatuhku untuk menemanimu.

No comments:

Post a Comment