Sunday, February 2, 2014

Selamat Ulang Tahun

“Selamat ulang tahun.”

Ia mengutak-atik aplikasi pesan singkat, berkali-kali menulis kemudian menghapus kembali sebuah kalimat yang terangkai hanya dari tiga kata. Sesak, logikanya sedari tadi asik menari bersama benak, mengajak hati untuk berdusta; Kau sudah tidak lagi cinta.

Harusnya tidak usah lagi berpikir tentang mengucapkan hal yang pasti diucapkan semua orang kepadanya setiap setahun sekali. Toh, dia juga tidak perduli.

“Semoga panjang umur.”

Ah, hapus lagi, tidak perlu mendo’akan semoga panjang umur. Ia tahu pasti bahwa dia tidak menginginkan hidup di usia uzur.

Hanya saja ia pernah, pula masih menginginkan untuk hidup bersamanya sampai usia mulai mengatup. Sampai usia mulai memutuskan bahwa ini saatnya hidup mereka ditutup.

“Jadilah lebih baik.”

Sebuah kalimat yang biasa diucapkan, memang. Namun kali ini ia mengucapkannya dengan bersungguh-sungguh, berharap dia bisa menjadi lebih baik untuk dirinya sendiri meski tidak gampang.

Karena menjadi sesosok manusia yang sempurna utuhnya secara harafiah, tidaklah mudah. Cukup berarti ungkapan. Cukup anggapan, sebuah ucapan penggambaran.

“Jaga diri baik-baik.”

Ia sadar diri, memutuskan untuk tidak lagi hadir, walaupun hadirnya tidak pernah sungguh-sungguh dinanti. Memutuskan untuk angkat kaki, karena memang sepantasnya dua insan meninggalkan satu sama lain sebelum benar-benar saling menyakiti.

“Aku cinta. Kamu.”

Ia mencoba menghapus kalimat terakhir sebelum jemarinya refleks menekan tombol yang salah. Terkirim sudah sebuah kalimat janggal dari orang yang ujarnya tidak lagi cinta. Dari orang yang katanya lelah, namun tidak tahu malu mengucapkan rasa seakan hubungannya masih sebuah ‘Kita’.


Maaf.

No comments:

Post a Comment