Saturday, September 15, 2012

Darah

   Lenguhannya semakin keras. Tubuhnya berguncang di atas ranjang. Ia berkeringat. Aku mencoba untuk membungkamnya. Berusaha menahan teriakannya agar tidak didengar tetangga. "Sayang, teriaknya jangan terlalu keras. Nanti tetangga datang" bisikku mesra di telinganya. Ia semakin berontak. Nafasnya semakin berat. Kurasa aku bisa mendengar detak jantungnya sekarang berpacu dengan detak jantungku.

   Aku selesai. Aku sudah puas. Tapi dia hanya diam. Diam dengan nafas yang memburu dan keringat yang membasahi tubuhnya. Perlahan kulepas kain yang menahan mulutnya. Kubelai sedikit rambutnya. Kucium keningnya dan sekali lagi aku berbisik "aku mencintaimu" kepadanya. Dia tetap diam.

   "Kau dingin sayang. Biarkan aku menyelimutimu" Ku angkat kain yang basah. Aku menutupinya dengan selimut, berusaha memberinya waktu untuk istirahat.

   Aku duduk tidak jauh darinya. Sesekali aku meliriknya. Kadang aku menangkap basah dirinya sedang melirikku dan aku senyum semanis mungkin untuknya. Selalu kuucapkan dalam hati bahwa aku mencintainya. Selalu kuingatkan pada diriku bahwa dirinya hanya untukku begitupun denganku yang hanya dimiliki olehnya.

   Aku gerah. Aku tidak tahan harus berjauhan dengannya meskipun kami hanya berjarak beberapa meter. Kudekati tempatnya berbaring. Kusentuh tangannya. "Kau semakin dingin, sayang. Wajahmu pucat. Apakah kau sakit?" aku takut dia sakit. Aku takut dia meninggalkanku seperti cintaku yang sebelumnya. Aku takut dia 'Pergi'.

   Dia tetap diam. Perlahan kubuka selimut yang menutupi tubuhnya. Kulihat darah mengalir dari bekas jahitan yang kubuat. Aku tidak melakukan apa-apa! Aku hanya ingin mengambil hatinya dan memastikan bahwa hatinya hanya milikku. Bukan milik wanita lain yang tidak bertanggung jawab dan hanya ingin melukainya.

   Aku mencintainya. Ini bukan obsesi semata. Aku hanya ingin bersamanya sampai ajal menjemput. Aku hanya ingin bersandar di dadanya saat dia membelai lembut rambutku. Aku hanya ingin memeluknya dari belakang. Seperti biasa. Seperti saat-saat indah yang dilakukan setiap hari. Dan aku hanya ingin memastikan bahwa hatinya milikku. Ini bukan obsesi semata.

   Aku menyayanginya. Ini bukan obsesi semata. Aku hanya ingin dia bersamaku. Terus menggenggam tanganku sampai aku bernafas untuk terakhir kalinya. Aku hanya ingin dia mengucap do'a untukku ketika aku sudah tidak ada. Ini bukan obsesi semata. Aku tidak gila.

   Aku menginginkannya. Ini bukan obsesi semata. Aku hanya ingin dia tersenyum untukku. Bukan untuk wanita lain yang pernah singgah dihidupnya. Aku hanya ingin dia mengucap janji untuk bersamaku selamanya. Dan kami bahagia. Ini bukan obsesi semata. Aku tidak gila. Aku bukan psikopat.

   Aku membutuhkannya. Ini bukan obsesi semata. Aku ingin dia menjadi kakiku, saat aku tidak bisa berjalan. Aku ingin dia menjadi mataku, saat aku tidak bisa melihat. Aku ingin dia menjadi tanganku, saat aku tidak bisa menggenggam apapun. Aku butuh dirinya. Ini bukan obsesi semata. Aku tidak gila. Aku bukan psikopat. Aku hanya mencintainya.

No comments:

Post a Comment