Friday, February 15, 2013

Hilang


   Terhenti. Iya, membeku. Membangun stagnant yang sebenarnya tidak perlu. Hanya menghentikan langkah untuk sekadar menyapa masa lalu. Memasukkan sedikit kata basi kedalam obrolan baru. Antara aku dan kamu.

   Kau ingat saat dulu? Saat aku mengecup keningmu untuk menutup malam yang mulai menghiba untuk ditinggalkan. Saat aku tertawa dengan lelucon tidak lucu, yang justru membuatku tertawa karena menyenangkan. Saat kau akhirnya bersandar di tubuh lemah seorang gadis yang kau tidak pernah tau kenapa harus kau temukan.

   Ini masa lalu yang kutumpuk menjadi museum. Masa lalu yang sedikit demi sedikit terukir dalam kata memuakkan yang kurangkum. Penuh puisi dan bualan tentang cinta. Penuh kenangan antara kau dan aku, kita.

   Rasanya masih seperti kemarin. Hanya saja tawamu terbawa angin. Menghilang entah kemana, tidak meminta untuk ditemukan. Apalagi jika kupaksa untuk kutemukan.

   Katanya masih menggema. Katamu masih terdengar. Berima, berputar. Suaramu bahkan tidak pernah asing ditelinga seorangku. Seorang yang masih mencintaimu dari dulu.

   Bosannya kamu mendengar kata dulu, sama denganku yang berusaha lari dari masa lalu. Kau lelah denganku yang selalu mencoba untuk mengikuti jejakmu? Akupun lelah, menatap tapak kepergianmu yang mulai semu.

   Kenapa harus ada pertemuan jika akhirnya harus dipisahkan, sayang? Bukankah lebih baik untuk tidak saling menemukan daripada harus saling kehilangan? Masalahnya bukan hanya sosok yang hilang, tapi juga rasa percaya dan keyakinan. Akan lebih menyeramkan jika rasa cinta ikut hilang bersama hati yang tidak pulang.

No comments:

Post a Comment