Hari ini panas, tapi mataharinya gak sepanas teflon di
samping etalase kaca tempat aku dipajang. Disampingku masih banyak teman-teman
yang menunggu untuk dibeli dan dibawa pulang oleh orang yang berbeda-beda.
Aku juga begitu. Aku masih menunggu seseorang yang datang
memilihku untuk dibawa pulang dan dinikmati.
Mungkin sekarang aku sudah ada di dalam kantong kertas
nyaman dan menunggu pemandangan berbeda dari orang yang membeliku, kalau bukan
karena dia. Karena orang bodoh yang dengan seenaknya menolak pelanggan.
Cuma karena hal kecil seperti tulisan tidak penting yang
kau tulis di plastik aneh yang katanya bernama laptop.
Entah apa yang ada dipikirannya, aku disini cuma bisa
melihat.
Kalau bisa berteriak, berjalan atau apapun itu, mungkin
aku akan terbang dan melayang ke dekat kupingnya. Berteriak 'jangan menolak
pelanggan karena aku bosan melihat pemandangan yang itu-itu saja!'
Aku juga akan bilang 'aku ingin pergi dari kotak kaca ini
dan berpergian ke tempat lain! Yang jelas tanpa aku harus melihat wajahmu lagi.
Karena aku bosan melihat wajahmu yang itu-itu saja setiap hari.'
Yah, tapi tetap saja sama.
Aku masih tidak bisa berbicara dengan bahasa manusia atau
melayang dengan ajaib ke telinga penjual aneh itu. Disini aku menghabiskan
waktu dengan menunggu, menunggu, mengobrol dengan donat lainnya dan melihat
kendaraan berlalu lalang.
Kuharap penjual itu segera menyelesaikan tulisannya.
Kau tahu, aku hampir putus asa dan takut basi ditaruh di
tempat pengap ini. Iya, pengap. Mana ada udara di dalam kotak kaca seperti ini.
Harusnya manusia lebih pintar dengan membuat ventilasi
agar ada udara yang berputar dan donat sepertiku dapat bernafas.
Aku juga sesak
disini.
Terlebih aku hampir tuli karena donat lain terus bergosip
dengan topik pembicaraan yang sama.
Tentang penjual aneh yang berandai bahwa dia seorang
penulis. Yang melupakan kewajibannya untuk menjual kami dan malah menghabiskan
waktu memainkan jarinya di atas benda aneh menyala yang terbuat dari plastik
itu.
Dan oh, aku tiramisu. Yah, setidaknya aku berharap
menjadi tiramisu.
Tapi lupakan, aku bosan berbicara karena penjual itu
menyudahi permainannya dengan plastik berbentuk kotak itu.
Dia mulai menghampiri kami. Aku tegang.
Bukannya apa. Aku cuma capek melihat ekspresi anehnya
setiap hari. Dan asal kau tahu, aku dan donat lainnya sering tertawa tanpa dia
pernah menyadarinya.
Kami rasa itu lucu.
Karena manusia dengan wajah aneh itu tidak pernah bisa
membuat ekspresi lain untuk menggambarkan perasaannya, sedangkan yang lain
dapat membuat mimik lucu sesuai hatinya.
Dan lihat, ada segerombolan wanita yang datang. Seperti
biasa, mereka mulai bertanya-tanya tentang kami. Paling banyak bertanya tentang
rasa dan harga. Ya ampun, memangnya aku donat macam apa?
Mereka menanyakan harga seakan aku sangat murahan.
Padahal aku tidak berdandan menor seperti para wanita yang justru terlihat
lebih murahan dari donat lembut lucu sepertiku.
Tapi inilah aku. Satu donat diantara donat lainnya.
Ditaruh berdesakan di dalam etalase kaca oleh penjual aneh yang seringnya tidak
tahu malu. Masih menunggu seseorang untuk datang dan memilihku agar aku bisa
menjauh dari tempat pengap dan wajah membosankan itu.
Dedicated to @theonugraha (#iHelp)
goblooook
ReplyDeletePrahara Donat Imut!
ReplyDelete