Monday, April 22, 2013

Aku Donat


Hari ini panas, tapi mataharinya gak sepanas teflon di samping etalase kaca tempat aku dipajang. Disampingku masih banyak teman-teman yang menunggu untuk dibeli dan dibawa pulang oleh orang yang berbeda-beda.
Aku juga begitu. Aku masih menunggu seseorang yang datang memilihku untuk dibawa pulang dan dinikmati.

Mungkin sekarang aku sudah ada di dalam kantong kertas nyaman dan menunggu pemandangan berbeda dari orang yang membeliku, kalau bukan karena dia. Karena orang bodoh yang dengan seenaknya menolak pelanggan.
Cuma karena hal kecil seperti tulisan tidak penting yang kau tulis di plastik aneh yang katanya bernama laptop.

Entah apa yang ada dipikirannya, aku disini cuma bisa melihat.
Kalau bisa berteriak, berjalan atau apapun itu, mungkin aku akan terbang dan melayang ke dekat kupingnya. Berteriak 'jangan menolak pelanggan karena aku bosan melihat pemandangan yang itu-itu saja!'
Aku juga akan bilang 'aku ingin pergi dari kotak kaca ini dan berpergian ke tempat lain! Yang jelas tanpa aku harus melihat wajahmu lagi. Karena aku bosan melihat wajahmu yang itu-itu saja setiap hari.'

Yah, tapi tetap saja sama.

Aku masih tidak bisa berbicara dengan bahasa manusia atau melayang dengan ajaib ke telinga penjual aneh itu. Disini aku menghabiskan waktu dengan menunggu, menunggu, mengobrol dengan donat lainnya dan melihat kendaraan berlalu lalang.

Kuharap penjual itu segera menyelesaikan tulisannya.

Kau tahu, aku hampir putus asa dan takut basi ditaruh di tempat pengap ini. Iya, pengap. Mana ada udara di dalam kotak kaca seperti ini.
Harusnya manusia lebih pintar dengan membuat ventilasi agar ada udara yang berputar dan donat sepertiku dapat bernafas.

Aku  juga sesak disini.
Terlebih aku hampir tuli karena donat lain terus bergosip dengan topik pembicaraan yang sama.
Tentang penjual aneh yang berandai bahwa dia seorang penulis. Yang melupakan kewajibannya untuk menjual kami dan malah menghabiskan waktu memainkan jarinya di atas benda aneh menyala yang terbuat dari plastik itu.

Dan oh, aku tiramisu. Yah, setidaknya aku berharap menjadi tiramisu.
Tapi lupakan, aku bosan berbicara karena penjual itu menyudahi permainannya dengan plastik berbentuk kotak itu.

Dia mulai menghampiri kami. Aku tegang.
Bukannya apa. Aku cuma capek melihat ekspresi anehnya setiap hari. Dan asal kau tahu, aku dan donat lainnya sering tertawa tanpa dia pernah menyadarinya.

Kami rasa itu lucu.
Karena manusia dengan wajah aneh itu tidak pernah bisa membuat ekspresi lain untuk menggambarkan perasaannya, sedangkan yang lain dapat membuat mimik lucu sesuai hatinya.

Dan lihat, ada segerombolan wanita yang datang. Seperti biasa, mereka mulai bertanya-tanya tentang kami. Paling banyak bertanya tentang rasa dan harga. Ya ampun, memangnya aku donat macam apa?
Mereka menanyakan harga seakan aku sangat murahan. Padahal aku tidak berdandan menor seperti para wanita yang justru terlihat lebih murahan dari donat lembut lucu sepertiku.

Tapi inilah aku. Satu donat diantara donat lainnya. Ditaruh berdesakan di dalam etalase kaca oleh penjual aneh yang seringnya tidak tahu malu. Masih menunggu seseorang untuk datang dan memilihku agar aku bisa menjauh dari tempat pengap dan wajah membosankan itu.


Dedicated to @theonugraha (#iHelp)

2 comments: