Iya, kita bisa mengulang lagi. Memang. Tapi apakah dengan
kita mengulang segalanya dari awal, semua yang dulu sudah sempat kita rasakan
juga akan kita mulai dari nol? Semua rasa dan apapun itu yang kita bangun
perlahan, harus kita hancurkan untuk kemudian kita bangun kembali dengan sama
terbata?
Aku ingin, jika aku mampu, untuk mengulang semua. Kembali
berkenalan di linimasa dan kembali terkejut dengan bagaimana bisa kita tidak
saling mengenal sejak awal, karena hampir-semua-temanku-tahu-kau juga
semacamnya.
Kadang aku suka tercengang, lagi dan lagi. Tercengang
karena cerita kita. Tentang bagaimana kita bertemu, berkenalan, membangun satu
hubungan, berkomitmen lalu berpisah. Tentang betapa klasiknya dongeng yang kita
buat. Tentang andai yang kita utarakan dengan semangat, jika suatu saat kita
bertemu tatap.
Entah kita hanya sebatas roman picisan yang disiarkan
selama tiga puluh hari, atau kita adalah masterpiece dari penggubah dunia. Karena
aku senang, dan aku bangga.
Aku senang sudah mengenalmu meskipun kita tidak sempat
bertemu. Dan aku bangga, sempat menjadi salah satu bagian penting dari dua
puluh empat jam setiap harimu.
No comments:
Post a Comment