Aku jatuh cinta
pada senyummu.
Lengkung indah pada wajah, yang dengan mudah gambarkan
surga kepadaku. Lengkung kecil pada wajah yang yakinkanku, bahwa malaikat dapat
menjelma menjadi seorang manusia utuh. Buatku tahu maksud keberadaan hati
dibalik kopongnya rusuk.
Aku jatuh cinta pada
sosokmu.
Sosok yang ciutkan nyali dan memaksa untukku memuja Tuhan
atas hasil karya-Nya. Sosok yang hadir tanpa celahnya. Jiwa ini renggutlah
untukmu.
Aku jatuh cinta
pada matamu.
Semburat warna kecoklatan yang ikut terpancar saat sinar
matahari bercumbu dengan retinamu, mewah. Pun tatap hangat yang dapat
mencairkan dingin hati, jadikanku luluh pada setiap pandangmu.
Aku jatuh cinta
pada setiap detak jantungmu.
Alunan ritme yang bernyanyi dalam tubuh seorangmu. Satu
detak yang hadirkan ribu syukur, dan satu pertanyaan retoris yang kau pun tahu
jawabnya.
“Karena masih ada
detak yang buatmu hidup untuk menyaksikanku memujamu.”
Aku jatuh cinta
pada satu persatu hembus nafasmu.
Terangsang dengan bayang cara dua atom oksigen yang kau
hirup, berputar dan kembali keluar sebagai karbon dioksida. Aku ingin rasakan
setiap hembusnya.
Hirup aku kedalam hidupmu. Saring benci yang ada padaku
dan hembuskan aku sebagai bahagiamu.
Aku jatuh cinta
pada aliran darahmu.
Aku jatuh cinta pada setiap keping hemoglobin yang
berlarian dalam nadimu. Aku menyayangi setiap kepingnya, mengasihi kehidupan
yang mengalir dalam tubuhmu.
Aku jatuh cinta
pada utuhmu.
Pada setiap organ yang melengkapi hadirmu, aku ingin
memilikinya, utuh.
Tak terkurang satupun, tak terkurang satu helaipun
rambutmu, tak terkurang satu kepingpun hemoglobinmu, tak terkurang satupun
detak jantungmu, tak terkurang satu hembuspun nafasmu.
Dan demi utuh yang
melekat padamu, biarkan aku menjagamu. Dalam setiap bangun dan tidurmu.
Aku mencintaimu.