Tuesday, January 22, 2013

Date

Desember 2012

Ucapannya jelas terdengar. Tidak samar. Aku yakin aku tidak salah mendengar.

   “Will you marry me?” Kau mengatakannya dengan serius. Aku tidak tau, tapi kau terus menatapku dan itu membius.

Haruskah kukatakan tidak? Haruskah kujawab nanti saja? Aku takut kau seperti bom waktu yang bisa meledak. Kau bisa meninggalkanku kapan saja.

   “I’m serious with you” Sekali lagi kau memastikan bahwa kau bersungguh-sungguh. Tapi pernahkah kau tau jika wanita yang ingin kau nikahi ini terlalu rapuh?

“Will you take me and all my disease? Will you love me even when I can’t walk, can’t talk, or even have babies?”

   “You don’t need to walk, I’ll walk for you. You don’t need to talk, I’ll try to understand. And we could have baby cats”

“Thank you. I love you.”


January 2013

Tiga ketukan di pintu. Membangunkanku. Sesaat kau membuka pintu, sosok itu meneriakimu. Ia ingin berbicara denganku. Apa yang kau lakukan dibelakangku?

   “Hanya teman yang menyukaiku” Kemudian kau berlalu, meninggalkanku yang termangu. Kau menghampirinya dan membiarkanku sendiri dengan rasa ingin tau.

Kudengar ia marah. Kau coba menenangkannya dengan susah payah. Ada apa? Kenapa?

   Pintu terbuka. Kulihat cahaya menyamarkan wajahmu yang kebingungan. Kesekian kalinya aku bertanya, ada apa? Apa yang kau sembunyikan dariku belakangan?

Akhirnya aku bertemu dengan sosok yang tadi sibuk memaki. Bertanya dimana letak masalah yang terjadi. Sekilas kulihat wajahmu berpikir keras, memikirkan apa yang harus kau katakan nanti.

   Wanita itu menjelaskan dengan seksama. Sepersekian detik aku tidak percaya, tapi itu nyatanya. Ada orang lain didalam hubungan yang seharusnya hanya dua.

Baiklah, kurasa aku lelah. Aku memilih untuk mundur dan membiarkan kalian melanjutkan perbincangan. Aku tidak tau apa yang dibicarakan. Kuharap bukan keburukan.

   Saat akhirnya kau kembali dan hanya diam. Terpampang kebingungan dari wajahmu yang dulu selalu ingin kulihat terakhir sebelum aku menutup mata, dan yang pertama kulihat saat aku membuka mata.

Kita sampai disini.

Kemana sosokmu yang dulu bisa kupercaya? Lenyap begitu saja?
Saat akhirnya kau membaca ini, percayalah bahawa aku masih menyayangimu.
Masih sama seperti dulu, aku tidak akan menggubris ucapan orang lain tentangmu.
Hanya saja, akan sulit untuk kembali mencintai sosok yang pernah menyakiti.
Datanglah lagi saat kau benar-benar ingin bersamaku.
Aku tidak keberatan untuk menunggu.

2 comments: