“Cintanya masih
berpendar. Tidak akan bisa pudar. Tidak dengan kenangan buruk yang sempat
menghantui sebagai mimpi. Tidak juga dengan nama yang dulu sempat terukir
dengan jelasnya di hati.”
Mereka harus tau bahwa aku masih punya sepercik harapan
darimu. Mereka harus tau bahwa aku tidak benar-benar gila. Mereka harus tau
bahwa yang aku inginkan dari dulu hingga sekarang adalah kau. Bukan orang yang
lebih sempurna darimu. Bukan orang yang lebih indah darimu. Karena kau tetap
sempurna dengan kekuranganmu. Karena kau tetap berpijar dan menjadi paling
terang diantara keindahan lainnya.
Karena kau adalah akar yang menguatkan. Kau adalah
seberkas cahaya pada ujung lorong yang gelap. Kau adalah tangan dan suara.
Tangan dan suara yang menuntunku. Menuntun dengan perlahan. Perlahan tapi
pasti.
Ketika tidak mencintaimu adalah sebuah kebohongan baik
diantara semua kejujuran yang sudah diutarakan. Ketika melupakanmu disebut cara
terbaik untuk kembali memijak dan melangkah untuk menjauh. Ketika melupakanmu,
adalah hal tersulit yang harus dilakukan. Dan ketika membencimu adalah hal yang
diharuskan. Boleh aku melanggar dan menginjak garis batas? Berusaha untuk tidak
mencintaimu, melupakanmu dan membencimu sama dengan membunuhku.
Mereka mengharapkanku dapat membedakan antara cinta dan
obsesi semata. Dimana perbedaannya? Cintaku yang terlalu menggebu buatku obsesi
padamu. Matamu yang selalu bersinar, buatku menghina bintang. Pelukmu yang
hangat, buatku lupakan matahari. Tatapanmu yang teduh, buatku lupa bahwa rintik
hujan mulai membasahi rambut hingga jemari. Kau kiblat untuk hati yang
membutuhkan penjaga.
Dimana tawa, jika terpisah adalah kebaikan? Dimana
bangga, jika melupakanmu adalah sebuah kewajiban? Dimana senyum bahagia, jika
tidak mencintaimu adalah hal terbaik yang harus dilakukan?
“Ketika merelakan
diharuskan sejajar dengan kebahagiaanku, hatiku tetap memelukmu dengan eratnya.
Karena yang sudah terikat, tidak sepantasnya dipisahkan. Yang sudah terikat, harus
tetap bersama pada akhirnya. Yang sudah terikat, tidak akan pernah bisa
merelakan.”
berat, tapi dalam kata katanya. Keren kak ( ^o^)b
ReplyDeletemakasiiihhh :** ♥♥♥
Delete